MAKALAH
KURIKULUM
DAN ANAK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum dan Buku Teks Dosen
Pengampu : Ani Widayati, M.Pd.

Disusun oleh :
1.
Rina Susilowati (10403241013)
2.
Setya Dita Furiyana (10403241033)
3.
Ika Widya Martanti (10403241034)
4.
Amalia Nur Latifah (10403241037)
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Selama proses penyusunan tugas ini, penyusun mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Ibu Ani Widayati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Kurikulum
dan Buku Teks Akuntansi.
2.
Ibu, Bapak, dan segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa.
3.
Teman – teman yang telah memberikan semua bantuannya.
4.
Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu penyusunan.
Semoga seluruh amal dan kebaikan yang diberikan dapat diterima dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT, Amiin. Kami menyadari bahwa dalam tugas ini
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari berbagai
sumber yang dapat membangun sangat kami harapkan sehingga menjadi lebih baik
untuk nanti ke depannya.
Semoga tugas ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Maret 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam proses
pendidikan, ada tiga unsur yang harus ada. Tiga unsur tersebut adalah guru atau
pendidik, siswa atau anak didik dan kurikulum. Ketiga unsur tersebut tidak
dapat dipisahkan dan saling memiliki hubungan. Dalam hal ini, perlu diketahui
hubungan antara kurikulum dengan anak didik. Kurikulum yang digunakan dalam
pengajaran harus sesuai dengan perkembangan anak didik. Seorang siswa harus
mampu menerima dan menyelesaikan apa yang ditugaskan untuknya. Anak didik juga
memiliki kedudukan dalam kurikulum itu sendiri.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang dimaksud
dengan kurikulum?
2.
Apa yang dimaksud
dengan anak dan anak didik?
3.
Bagaimana
perkembangan anak didik?
4.
Apa hubungan antara
kurikulum dan anak didik?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
pengertian kurikulum.
2.
Mengetahui
pengertian dan karakteristik anak didik.
3.
Mengetahui
perkembangan anak didik.
4.
Mengetahui
kedudukan anak dalam kurikulum.
D.
MANFAAT
Manfaat
disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui kedudukan anak didik dalam
kurikulum. Selain itu, makalah ini disusun untuk mendapatkan jawaban apakah
pengembangan kurikulum harus memperhatikan asas psikologi anak. Dari makalah
ini juga dapat diketahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KURIKULUM DAN ANAK
1.
Pengertian
Kurikulum
Pada awalnya istilah kurikulum digunakan
dalam dunia olah raga pada jaman
Yunani Kuno. Curriculum dalam bahasa
Yunani berasal dari kata Curir artinya pelari dan Curere artinya
ditempuh atau berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Mengambil makna
yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum
dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk
memperoleh ijazah.
Dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
2.
Pengertian Anak
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada
lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka
telah dewasa. Walaupun begitu
istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usianya secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya
ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan
istilah "anak".
B.
PENGERTIAN DAN
KARAKTERISTIK ANAK DIDIK
1.
Pengertian Anak
Didik
Anak didik adalah anak yang karena ketergantungannya
menimbulkan tanggungjawab pendidikan pada orang dewasa, sehingga secara sengaja
orang dewasa itu memberikan bantuan ke arah kedewasaan.
Menurut Sutari Imam Barnadib (1995), peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan
bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Ia
adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir hingga meninggal
dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar.
2.
Karakteristik Anak
Didik
a.
Anak didik adalah
subjek atau persona
Anak didik
adalah manusia, yaitu pribadi yang memiliki kedirisendirian, dan kebebasan
dalam mewujudkan dirinya sendiri untuk mencapai kedewasaannya. Setiap anak
didik bebas menentukan dirinya sendiri, mempunyai keinginan sendiri untuk
menjadi orang dewasa seperti yang dicita-citakan oleh dirinya sendiri.
b.
Individu yang
memiliki potensi fisik dan psikis yang khas
Anak didik
merupakan insan yang unik. Ia sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang
berbeda dengan individu lain yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan.
c.
Individu yang
sedang berkembang
Menurut ilmu
psikologi manusia mempunyai tahap-tahap perkembangan manusia, setiap
perkembangan memiliki tugas-tugas perkembangan tertentu dan menuntut perlakukan
tertentu pula. Selalu ada perubahan dalam diri anak didik, baik yang ditujukan
pada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungannya.
d.
Individu yang
membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
Walaupun ia
adalah makhluk yang berkembang punya potensi fisik dan psikis untuk bisa
mandiri, namun karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan
dari pihak lain sesuai kodrat kemanusiaannya.
e.
Individu yang
memiliki kemampuan untuk mandiri
Hal ini
dikarenakan bahwa di dalam diri anak ada kecenderungan untuk
memerdekakan
diri, sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi
setapak memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik
mengundurkan diri.
f.
Anak didik hidup dalam
“dunia” tertentu
Setiap manusia hidup
dalam dunianya masing-masing sesuai tahap perkembanganya, jenis kelamin, cara
pandang, cara berpikir dan lain-lain.
g.
Anak didik hidup
dalam lingkungan tertentu
Anak didik
adalah subjek yang berasal dari keluarga dengan latar belakang lingkungan alam
dan sosial budaya tertentu sehingga anak didik memiliki karakteristik tertentu
yang berakibat pengaruh lingkungan dimana ia dibesarkan dan dididik.
h.
Anak didik memiliki
potensi dan dinamika
Bantuan orang dewasa
berupa pendidikan agar anak didik menjadi dewasa akan mungkin dicapai oleh anak
didik. Hal ini disebabkan anak
didik memiliki potensi untuk menjadi manusia dewasa, dan ia memiliki dinamika
yaitu aktif sedang berkembang dan mengembangkan diri, serta aktif dalm
menghadapi lingkunganya dalam upaya mencapai kedewasaannya.
C.
PRINSIP
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan
kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip berikut ini :
1.
Relevansi
Hubungan antara kurikulum dengan kebutuhan
dan perkembangan anak secara individual.
2.
Adaptasi
Kurikulum memperhatikan dan menyesuaikan
perubahan psikologis, IPTEK dan seni
3.
Kontinuitas
Kurikulum disusun secara berkelanjutan
antara satu tahapan perkembangan ke tahapan
perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya.
4.
Fleksibilitas
Kurikulum dipahami, dipergunakan dan
dikembangkan secar fleksibel sesuai keunikan
dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara setempat.
5.
Kepraktisan dan Akseptabilitas
Kurikulum memberikan kemudahan bagi para
pendidik, praktisi, dan masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
6.
Kelayakan
Kurikulum menunjukkan kelayakan dan
keberpihakan pada anak didik.
7.
Akuntabilitas
Kurikulum dapat dipertanggungjawabkan pada
masyarakat sebagai pengguna jasa
pendidikan.
D.
KEDUDUKAN ANAK
DIDIK DALAM KURIKULUM
Berbagai studi telah diadakan untuk mengenal anak
secara lebih luas dan mendalam. Studi ini antara lain menjadi pokok penelitian
psikologi anak yang mempelajari anak dalam segala aspeknya antara lain mengenai
perkembangan anatomis dan fisiologis, kemampuan motoris, bahasa dan komunikasi,
perkembangan mental dan inteligensi, perkembangan pengertian dan pemahaman,
kreativitas dan permainan anak, kelakuan sosial, watak dan disiplin,
kepribadian dan kesehatan rohani dan sebagainya.
Berhubung dengan hasil studi tentang anak Lester D.
Crow dan Alice Crow menyarankan hubungan kurikulum dan anak sebagai
berikut :
- Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan
perkembangan anak.
- Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam pengalamannya
sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya masa mendatang.
- Anak hendaknya didorong untuk belajar berkat
kegiatannya sendiri dan tidak sekedar penerima pasif apa yang dilakukan
oleh guru.
- Sejauh mungkin apa yang dipelajari anak harus
mengikuti minat dan keinginan anak yang sesuai dengan taraf
perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang apakah
seharusnya minat mereka.
Di samping masyarakat/kebudayaan dan pengetahuan,
kebutuhan dan minat anak juga merupakan sumber penting bagi penentuan bahan
pelajaran. Tiap kurikulum harus memperhatikan anak. Berapa banyak perhatian itu
bergantung pada kedudukan dan peranan yang diberikan kepadanya. Dalam kurikulum
yang bersifat child-centered anak itu merupakan sumber utama sedangkan
dalam kurikulum yang society-centered peranan anak minimal, sedangkan
kurikulum yang menggunakan developmental tasks diberikan peranan yang
sama kepada anak dan masyarakat.
Di samping dunia pengetahuan dan masyarakat, anak juga
dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan
bahan pelajaran agar anak itu dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Untuk itu
perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa
kebutuhannya dan apa minatnya.
Perhatian kepada anak sebagai individu yang mempunyai
hakikat tersendiri sebagai anak baru bangkit setelah Rousseau yang
kemudian diperluas dan clipopulerkan oleh tokoh-tokoh pendidikan seperti Froebel,
Montessori dan lain-lain. Sebelumnya anak banyak dipandang sebagai orang
dewasa dalam miniatur, dalam bentuk kecil. Pakaian anak seperti orang dewasa
dan daripadanya dituntut kelakuan yang sesuai dengan orang dewasa.
Lambat laun diperoleh pengakuan atas kedudukan anak sebagai manusia
sepenuhnya pada setiap taraf perkembangannya, sebagai anak maupun pemuda yang
harus dipertimbangkan dalam pendidikan di sekolah. Akhirnya sebagai puncak
penghargaan atas pribadi anak timbullah kurikulum yang menjadikan anak sebagai
sumber dan tujuan utama yang dikenal sebagai “child-centered curriculum”.
E.
PERKEMBANGAN
ANAK DIDIK
Teori umum
perkembangan anak didik:
1.
Empirisme
Teori ini bertolak dari tradisi Lockean yang lebih
mementingkan stimulasi
eksternal dalam perkembangan manusia termasuk dalam
proses pendidikan. Teori yang dipelopori oleh John Locke ini berpandapat
bahwa perkembangan anak tergantung dari pengalamannya, sedangkan pembawaannya
tidak penting. John Locke merintis aliran baru yang dikenal dengan teori
“Tabula Rasa” yang beranggapan bahwa anak terlahir ke dunia bagaikan
kertas putih. Istilah lain dari empirisme adalah environmentalisme,
sebab aliran ini menekankan pengalaman empiris yang berupa rangsangan yang
berasal dari lingkungan (environment)
2.
Nativisme
Teori Nativisme dipelopori oleh Schopenhauer
(1788-1860) yang berpendapat bahwa bayi manusia sejak lahir sudah dikaruniai
bekal bakat dan potensi baik dan buruk. Sehingga anak sudah membawa bakat atau
potensinya sendiri-sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang berupa pengalaman
dianggap tidak akan mempengaruhi. Menurut teori Nativisme ini, anak yang sudah
membawa potensi jahat nantinya akan menjadi manusia jahat, sebaliknya anak yang
membawa potensi baik akan menjadi baik pula. Oleh karena itu, yang menentukan
pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah faktor dari dalam, yaitu potensi
baik buruk tersebut, sedangkan faktor luar (pengalaman lingkungan) tidak akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
3.
Naturalisme
Teori Naturalisme dipelopori oleh Jean Jacques
Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir sudah membawa
potensi baik. Adapun akhirnya ia menjadi jahat disebabkan oleh pengaruh negatif
dari masyarakat yang memang sudah rusak atau jahat. Oleh karena itu, supaya
anak tidak terpengaruh dengan kejelekan itu maka anak harus dijauhkan dari
masyarakat. Akibatnya pandangan yang begitulah maka aliran naturalisme dari
J.J. Rousseau ini juga dikenal dengan teori negativisme.
4.
Konvergensi
Teori ini mencoba mensintesiskan teori-teori yang telah
disebut di atas. Teori yang dipelopori oleh William Stern (1871-1939)
ini beranggapan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu di samping
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yaitu potensi yang dibawa sejak lahir
juga dipengaruhi oleh pengalaman. Faktor internal (sebagaimana dijelaskan oleh
Nativisme dan Naturalisme) serta faktor eksternal (sebagaimana dituturkan oleh
Empirisme) sama-sama memperoleh peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Ada lima asas
perkembangan pada diri anak didik menurut Sutari Imam Barnadib (1995):
1.
Tubuhnya selalu
berkembang sehingga semakin lama semakin dapat menjadi alat untuk menyatakan
kepribadiannya.
2.
Anak dilahirkann
dalam keadaan tidak berdaya, hal ini menyebabkan dia terikat pada pertolongan
orang dewasa yang bertanggung jawab.
3.
Anak membutuhkan
pertolongan dan perlindungan serta membutuhkan pendidikan untuk kesejahteraan
anak didik.
4.
Anak mempunyai daya
berekspresi, yaitu kekuatan untuk menemukan hal-hal baru di dalam lingkungannya
dan menuntut pendidik untuk memberi kesempatan kepadanya.
5.
Anak mempunyai
dorongan untuk mencapai emansipasi dengan orang lain.
Henry Alexander Murray membagi tipe kepribadian anak didik menjadi beberapa macam, yaitu:
1.
Autonomy, yang ditandai dengan keinginan melakukan sesuaatu
secara sendiri, bertindak dan berinisiatif sendiri, tidak senang dibantu orang
lain, tidak senang disuruh-suruh.
2.
Affiliation, yang ditandai dengan senang bersama anak lain, suka
bersahabat, suka memperbanyak teman, selalu ingin dekat dan bekerja sama dengan
orang lain, saling membutuhkan dengan teman dan sahabatnya.
3.
Succurance, yang ditandai dengan sikap manja, ingin orang lain
selalu membantunya, ingin selalu minta tolong, lebih senang kalau orang lain
melayaninya.
4.
Nurturrance, yang ditandai dengan sikap pemurah, yakni senang
memberi kepada teman, selalu membagi apa yang dimilikinya kepada teman.
5.
Agression, yang ditandai dengan sikap agresif, ingin menang
sendiri, mudah tersinggung, cepat marah, jika diganggu akan menyerang balik
dengan keras bahkan berlebihan.
6.
Dominance, yang ditandai dengan ingin menguasai atau mengatur
teman, ingin tampil menonjol, cepat mengambil inisiatif untuk membangkitkan
semangat kelompok, ingin menjadi ketua atau pengurus kelas.
7.
Achievment, yang ditandai dengan semangat kerja yang tinggi untuk
berprestasi, ingin bisa melakukan suatu karya, tugas-tugas di sekolah
dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan cenderung tidak mau dibantu.
Howard Gardner
(1993) mengungkapkan kecerdasan ganda anak, yang meliputi unsur-unsur:
1.
Kecerdasan
Matematik; yaitu kemampuan akal anak didik untuk menggunakan angka-angka secara
efektif dan berpikir secara nalar.
2.
Kecerdasan Lingual;
yaitu kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan kata-kata secara efektif,
baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
3.
Kecerdasan Musikal;
yaitu kemampuan yang dimiliki anak didik untuk mempersepsikan,
mendiskriminasikan, mengubah dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.
4.
Kecerdasan
Visual-spasial; yaitu kemampuan anak didik untuk menangkap dunia ruang-visual
secara akurat dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut.
5.
Kecerdasan
Kinestetik; yaitu kemampuan yang dimiliki anak didik dalam menggunakan seluruh
tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan atau menggunakan kedua tangan
untuk menghasilkan dan mentransformasikan sesuatu.
6.
Kecerdasan Interpersonal;
yaitu kemampuan yang dimiliki anak didik untuk mempersepsikan dan menangkap
perbedaan-perbedaan mood, tujuan, motivasi dan perasaan-perasaan orang lain.
7.
Kecerdasan
Intrapersonal; yaitu kemampuan menyadari diri dan mewujudkan keseimbangan mental-emosional
dalam diri anak didik untuk bisa beradaptasi sesuai dengan dasar dari
pengetahuan yang dimiliki.
8.
Kecerdasan Natural;
yaitu kemampuan anak didik untuk peka terhadap lingkungan alam.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ada tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
pendidikan dan pembelajaran. Tiga unsur tersebut yaitu guru atau pendidik,
siswa atau anak didik dan kurikulum.
Anak didik adalah anak yang karena ketergantungannya
menimbulkan tanggungjawab pendidikan pada orang dewasa, sehingga secara sengaja
orang dewasa itu memberikan bantuan ke arah kedewasaan.
Kurikulum diartikan
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Adapun hubungan antara kurikulum dengan anak yaitu:
1. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan
perkembangan anak.
2. Isi kurikulum hendaknya mencakup
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam
pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya masa
mendatang.
3. Anak hendaknya didorong untuk belajar berkat
kegiatannya sendiri dan tidak sekedar penerima pasif apa yang dilakukan oleh
guru.
4. Sejauh mungkin apa yang dipelajari anak harus
mengikuti minat dan keinginan anak yang sesuai dengan taraf perkembangannya dan
bukan menurut keputusan orang dewasa tentang apakah seharusnya minat mereka.
B.
SARAN
Dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum hendaknya perlu memperhatikan aspek anak
didik. Perkembangan anak didik harus diperhatikan. Penyusunan dan pengembangan
kurikulum harus memperhatikan perkembangan, kemampuan dan minat anak didik.
Sehingga, dalam prakteknya kurikulum tersebut dapat mendorong perkembangan anak
didik bukan menekan perkembangannya dengan membebani anak didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif Rohman. 2009. Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama Yogyakarta.
Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Konsep
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar